Kamis, 06 Agustus 2009

Jangan Umbar Data, Teman & Foto di Facebook!


Jangan terlalu lengkap memasang profil diri dan foto di Facebook! Jangan terlalu gampang berteman di Facebook! Waduh, seruan tersebut tentunya tidak terlalu populer, atau cenderung diabaikan, bagi para Facebooker sejati. Ya memang, karena dengan bergesernya konsep dan ide sebuah pertemanan, maka tak apalah pada kenyataannya kita hanya punya segelintir teman di dunia nyata sepanjang punya berjibun (ratusan, ribuan) teman di situs jejaring sosial.

Seolah-olah dengan demikian keeksisan Anda adalah seberapa banyak teman yang dimiliki. Padahal dengan semakin banyak teman, yang kadang hanya teman sekedar kenal atau bahkan tak ingat lagi siapa dia atau bertemu dimana, maka semakin rentan terekspos data diri kita ke pihak-pihak di luar kontrol kita.

Walhasil, dengan demikian Anda akan semakin mudah menjadi korban ‘impersonation’.

Kasus…sebagai berikut

Tulisan ini sengaja saya buat dan saya titipkan ke detikINET, karena ada satu kasus yang langsung menimpa salah satu mahasiswi saya di sebuah perguruan tinggi swasta tempat saya mengajar. Si mahasiswi tersebut belum lama berselang mengadukan kisahnya kepada saya bahwa hampir tiap saat dirinya melalui ponsel dihubungi orang yang tidak dikenal, bahkan di tengah malam sekalipun.

Setelah saya gali informasi lebih lanjut, ternyata saya temukan bahwa data dirinya di Facebook, entah oleh siapa, di-copy dan dijadikan sebuah blog di Blogspot.com. Blog tersebut seolah-olah dikelola langsung oleh si mahasiswi tersebut. Inilah yang disebut dengan kasus ‘impersonation’

Bahkan si pelaku (impersonator), memindahkan sebagian foto-foto si mahasiswi tadi dari Facebook ke sebuah situs penyimpanan foto gratisan, imageshack.us. Isi blog tersebut, cenderung berupa pencemaran nama baik dan melecehkan martabatnyat sebagai wanita.

Celakanya lagi, di blog tersebut dicantumkan pula nomor ponsel yang sehari-hari digunakan oleh mahasiswi tersebut. Maka, hampir tiap saat dia harus menjelaskan bahwa dirinya bukanlah seperti apa yang tertulis di blog pada setiap penelpon yang masuk.

Penyelesaian

Kasus ini agak rumit, karena tempat si impersonator meletakkan data-data dan foto-fotonya berada di luar ranah Indonesia. Tetapi upaya tetap harus dilakukan. Di blogspot.com atau blogger.com, ada fasilitas untuk melakukan ‘flag blog’, dengan pilihan ‘impersonation’. Kita harus meng-attached hasil scan KTP atau SIM yang dapat membuktikan bahwa kita adalah korban dari pelaku impersonation.

Setelah kita men-submit, maka kita tinggal menunggu keputusan dari pengelola layanan blog tersebut untuk mencabut atau menghapus alamat blog yang menjadi keberatan kita.

Pun setali tiga uang dengan foto-foto yang terlanjur tersimpan di imageshack. Ada fitur untuk melaporkan dan meminta penghapusan foto-foto yang kita anggap materi berhak cipta, mengandung unsur pornografi ataupun kekerasan. Asumsinya, foto yang diambil dari akun Facebook kita tanpa seijin kita, adalah foto yang melanggar hak cipta.

Pencegahan

Agar kasus tersebut tidak terulang kepada siapapun, maka ada baiknya langkah-langkah pencegahan berikut ini bisa dijalankan ketika di dunia Facebook:

1). Jangan terlalu lengkap memasang profil atau data diri di Facebook. Tentunya semakin lengkap profil/data diri terpasang, semakin mudah mendapatkan teman. Tetapi di sisi lain, semakin beresiko pula data diri kita disalah-gunakan (abused)

2). Jangan memasang foto-foto diri Anda yang sekiranya Anda sendiri tidak akan merasa nyaman apabila foto tersebut tersebarluaskan secara bebas. Ingatlah, walau foto tersebut “hanya” diposting di akun Facebook Anda, sebenarnya itu sama saja dengan menyebarlukaskan foto tersebut ke publik. Sekali terposting dan tersebar, maka sangat sulit (dan nyaris mustahil) Anda bisa mencabut foto Anda dari Internet. Maka, selektiflah dalam berpose dan memposting foto Anda.

3). Jangan sembarangan ‘add friend’ atau melakukan approval atas permintaan seseorang untuk menjadi teman Anda. Cara memilah dan memilihnya mudah, yaitu lihat saja berapa jumlah “mutual friends” antara Anda dengan seseorang tersebut. Semakin sedikit “mutual friends”-nya, berarti semakin sedikit teman-teman Anda yang kenal dengan dirinya, yang berarti semakin beresiko tinggi. Pastikan Anda hanya menerima “pertemanan” yang “mutual friends”-nya cukup banyak.

4). Jangan sembarangan menerima tag photo. Bolehlah kita “banci tagging”, tetapi berupayalah lebih selektif. Artinya, sekali Anda terjun ke Facebook, rajin-rajinlah memeriksa “keadaan sekeliling”. Karena kita kadang menemukan foto diri kita yang di-upload dan di-tag oleh orang lain, padahal kita tidak suka foto tersebut disebarluaskan. Segera saja kita “untag” diri kita dari foto tersebut dan kalau perlu minta teman kita yang melakukan upload foto tersebut untuk mencabutnya.

5). Jangan tunda-tunda, ketika Anda menemukan data atau profil Anda digunakan oleh pihak lain untuk hal-hal di luar kontrol Anda, segeralah bertindak. Membiarkannya, justru akan membuatnya makin berlarut dan berdampak destruktif, setidaknya untuk kenyamanan diri sendiri. Laporkan langsung ke pengelola layanan tempat kejadian ‘impersonation’, untuk segera mencabut informasi aspal (asli tapi palsu) tersebut. Atau, mintalah bantuan pada orang atau pihak yang sekiranya bisa atau paham bagaimana mengatasi hal di atas.

*) Penulis, Donny B.U., adalah penggiat kampanye “Be Wise While Online” dalam program Internet Sehat – ICT Watch. Untuk artikel terkait lainnya, dapat dibaca di http://www.ictwatch.com/internetsehat atau http://www.internetsehat.org

Jangan Mudah Mengkafirkan!

Kenyataan dunia islam dan kaum muslimin dewasa ini cukup menyedihkan. Tuduhan demi tuduhan dilemparkan musuh-musuh Allah Ta’ala akibat ulah sekelompok kaum muslimin. Memang musuh-musuh islam terus mengintai negara dan masyarakat islam, mengintai kapan mereka berbuat salah, kapan menjadi materialis dan kapan cinta dunia menguasai mereka. Akhirnya masa-masa yang mereka tunggu itu tiba. Kaum muslimin hidup bergelimang dunia dan dosa, kebodohan menjadi ciri mereka. Kemudian mereka keluar dari rel syariat dan tanpa sadar merusak bumi dan seisinya. Padahal sesuatu yang keluar dari relnya mesti berbahaya, apalagi dalam permasalahan agama.

Akhirnya kehinaan dan fitnah melanda mereka sebagai satu konsekuensi pelanggaran dan jauhnya mereka dari syariat rasulNya. Allah berfirman:

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih” (QS. An Nuur:63)

Bermunculanlah penyakit dan fitnah dalam tubuh kaum muslimin, membuat mereka bingung, sedih dan pecah berserakan. Semoga Allah mengembalikan dan mempersatukan kaum muslimin diatas ajaran agama islam yang benar.

Diantara fitnah yang sangat berbahaya yang muncul dalam tubuh kaum muslimin adalah fitnah takfir (vonis kafir terhadap orang lain) yang menyimpang dari syari’at islam. Fitnah ini diawali dengan munculnya sekte khawarij pada zaman Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu . Fitnah khawarij ini pernah menggoncang dunia Islam dan menumpahkan ribuan bahkan jutaan darah kaum muslimin. Cukup banyak harta dan jiwa yang dikorbankan kaum muslimin dalam meredam fitnah ini, lihatlah sejak pembunuhan Khalifah dan menanti Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam Utsman bin Affaan Radhiallahu’ahu , disusul dengan terbunuhnya khalifah dan menantu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’ahu sampai pemberontakan mereka terhadap negara islam bani Umayah dan Abbasiyah serta negara-negara islam hingga saat ini. Sehingga DR Ghalib bin Ali Al ‘Awaajiy menyatakan: “Khawarij adalah salah satu firqah besar yang melakukan revolusi berdarah dalam sejarah politik islam. Mereka telah menyibukkan negara-negara Islam dalam waktu yang sangat panjang sekali”.[1]

Pertama kali muncul, mereka mencela sebaik-baiknya orang sholih waktu itu, yaitu khalifah Ali Radhiallahu’anhu . ini bukanlah satu hal yang aneh karena tokoh pertama mereka yang bernama Dzul Khuwaishirah telah mencela sebaik-baiknya makhluk Allah, yaitu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam . sebagaimana dikisahkan dalam riwayat dibawah ini :

أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقْسِمُ قِسْمًا أَتَاهُ ذُو الْخُوَيْصِرَةِ وَهُوَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي تَمِيمٍ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اعْدِلْ فَقَالَ وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ قَدْ خِبْتَ وَخَسِرْتَ إِنْ لَمْ أَكُنْ أَعْدِلُ فَقَالَ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ائْذَنْ لِي فِيهِ فَأَضْرِبَ عُنُقَهُ فَقَالَ دَعْهُ فَإِنَّ لَهُ أَصْحَابًا يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ صَلَاتَهُ مَعَ صَلَاتِهِمْ وَصِيَامَهُ مَعَ صِيَامِهِمْ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ

“Sesungguhnya Abu Sa’id Al Khudriy bercerita: “ketika kami bersama Rasululluh Shallallahu’alaihi Wasallam dan beliau membagi-bagi sesuatu, datanglah kepada beliau Dzul Khuwaishiroh seorang berasal dari Bani Tamiim lalu berkata: “Wahai Rasulullah berbuat adillah!”. Lalu beliau menjawab: “celaku kamu, siapakah yang berbiat adil jika aku tidak berbuat adil. Engkau telah rugi dan celaka jika aku tidak adil”. Umar berkata: “Wahai Rasulullah izinkanlah aku memenggal lehernya” beliau menjawab: “Biarkan dia! Sesungguhnya dia memiliki pengikut, salah seorang dari kalian akan meremehkan sholatnya dibanding sholat mereka dan puasanya dibanding puasa mereka. Mereka membaca Al Qur’an tapi hanya ditenggorokan mereka saja. Mereka meninggalkan agama sebagaimana anak panah keluar dari busurnya”. (Mutafaqun alaihi).

Lihatlah berawal dari harta dan penentangan terhadap pemimpin, muncul khawarij, sungguh benar sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam :

إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ

“Sesungguhnya setiap umat memiliki fitnah dan fitnah umatku adalah harta“.

Dzul Khuwaishirah menentang Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dengan slogan keadilan dan menuntut keadilan, hak dan kesamaan. Dari sinlah ia menuduh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berbuat tidak adil sehingga menuntut Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjelaskan keadaan pengikutnya.

Ini pada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam , tentunya untuk orang yang dibawahnya dari para penguasa dan wali amri kaum muslimin lebih gampang dan mudah bagi mereka.

Pengikut Dzul Khuwaishirah muncul dizaman Ali bin Abi Thalib juga karena harta dan penentangan mereka terhadap kebijakan khalifah Ali Radhiallahu’anhu . [2]

Setelah itu mereka mengkafirkan pelaku dosa besar dan menghalalkan darah dan harta kaum muslimin seluruhnya kecuali anggota sekte mereka. Inilah yang membawa mereka memberontak dan membunuhi orang-orang yang tidak bersalah. Oleh karena itulah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam nyatakan dalam haditsnya:

إِنَّ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا قَوْمًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنْ الرَّمِيَّةِ يَقْتُلُونَ أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَيَدَعُونَ أَهْلَ الْأَوْثَانِ لَئِنْأَنَا أَدْرَكْتُهُمْ قَتَلْتُهُمْ قَتْلَ عَادٍ

“Sesunggunya dibelakang orang ini akanlahir satu kaum yangmembaca Al Qur’an tidak lewat dari kerongkongan mereka. Mereka lepas dari islam seperti lepasnya anak panahdari busurnya. Mereka membunuh kaum muslimin dan membiarkan penyembah berhala. Sungguh jika aku mendapatkan mereka niscaya aku beunuh mereka dengan cara pembunuhan kaum ‘ad”. (HR. Abu Daud) dan dalam riwayat yang lainnya:

هُمْ شَرُّ قَتْلَى قُتِلُوا تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ

“Mereka adalah sejelek-jeleknya orangyangterbunuh dibawah langit” (HR. At Tirmidzi No. 2926 dan Ibnu Maajah dalam Muqaddimah No.173).

Kaum khawarij ini diperangi kaum muslimin hingga hampir hilang dari permukaan bumi ini. Memang masih ada dibeberapa tempat kumpulan mereka ini, seperti di Oman, Maroko, Al Jazaair dan Zanjibaar yang diwakili oleh sekte Ibadhiyah. Akan tetapi pemikiran dan aqidah mereka masih eksis dan bertebaran disekitar kaum muslimin dan terkadang sebagian kaum muslimin tidak sadar memiliki pemikiran dan aqidah mereka ini.

Kemudian lebih dari seperempat abad yang lalu muncullah istilah Takfiir dan Hijrah, ditandai dengan salah satu kejadian besar yaitu pembunuhan terhadap penulis kitab At Tafsiir wal Mufassirun Syaikh Muhammad Husein Adz Dzahabiy. Jamaah takfiir wal hijrah ini dikatakan para peniliti sebagai bagian dari Jamaah Ikhwanul Muslimin. Mereka kecewa dengan sikap dan tindakan tokoh pemimpin Ikhwanul Muslimin dalam peran mereka dalam politik negeri Mesir.

Ini akan semakin jelas jika kita melihat dan menelaah pemikiran Sayyid Quthub, salah seorang tokoh besar dan legendaris dari Jamaah Ikhwanul Muslimin. Mereka banyak menjadikan pemikran tokoh intelektual ini dalam kaedah beragamanya mereka, sehingga jadilah mereka orang yang cepat memvonis kafir orang lain dan mencela para ulama yang tidak cocok atau dianggap sesuai dengan mereka. Hal ini tidaklah mengherankan karena orang yang telah terkena fitnah takfiir ini tentunya tidak lepas dari gaya penampilan para pendahulu mereka dari kalangan khawarij. Lihatlah beberapa pemikiran Sayyid Quthub tentang takfiir dan hijrah, agar dapat diketahui besarnya bahaya yang muncul akibatnya.

Tentang Takfiir[3]

Sayyid Quthub mengkafirkan hampir seluruh kaum muslimin termasuk para Muadzin yang selalu melantunkan kalimat tauhid Ini dapat dapat dilihat pada tulisan beliau, diantara pernyataan beliau:

1. “Manusia telah murtad kepada penyembahan makhluk (paganisme) dan kejahatan agama serta telah keluar dari Laa ilaha Illa Allah. Walaupun sebaian mereka masih selalu mengumandangkan Laa ilaha Illa Allah di atas tempat beradzan”.[4]
2. “Manusia telah kembali kepada kejahiliyahan dan keluar dari Laa ilaha Illa Allah. Manusia seluruhnya- termasuk didalamnya orang–orang yang selalu mengumandangkan pada adzan-adzan di timur sampai barat bumi ini kalimat Laa ilaha Illa Allah tanpa pengertian dan pebuktian nyata- bahkan mereka ini lebih berat dosa dan adzabnya pada hari kiamat; karena mereka telah murtad kepada penyembahan makhluk setelah jelas bagi mereka petunjuk dan setelah mereka berada pada agama Allah”.[5]
3. “Masyarakat yang menganggap dirinya muslimah masuk dalam lingkungan masyarakat jahiliyah bukan karena meyakini uluhiyah pada selain Allah. Bukan pula karena menujukan syiar-syiar peribadatan kepada selain Allah Ta’ala akan tetapi mereka masuk dalam lingkup ini karena tidak beribadah kepada Allah saja dalam hukum-hukum kehidupannya”.[6]
4. “Orang yang tidak mentauhidkan Allah Ta’ala dalam hakimiyah- disemua zaman dan tempat- adalah orang-orang musyrik. Tidak mengeluarkan mereka dari kesyirikan ini keyakinan mereka terhadap Lailaaha illa allah dan tidak pula syiar (peribadatan) yang mereka tujukan kepada Allah Ta’ala ”.[7]
5. “Tidak ada satupun dipermukaan bumi ini negara islam dan tidak pula masyarakat muslim”.[8]

Beliau mengkafirkan masyarakat kaum muslimin yang ada karena tidak menggunakan hukum-hukum Allah Ta’ala dalam mengatur kehidupan mereka. Akan tetapi beliau mensifatkan penyembah berhala dari kalangan kaum musyrikin dengan pernyataan beliau: “Kesyirikan mereka yang hakiki bukanlah pada permasalahan ini -yaitu penyembahan berhala untuk mendekatkan diri dan meminta syafaat dihadapan Allah- dan tidak pula islamnya orang yang masuk islam karena meninggalkan permohonan syafaat kepada para berhala tersebut”.[9]

Lihatlah pernyataan beliau ini, bukankah menyelisihi firman Allah Ta’ala :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):”Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu”,(QS. An Nahl:36). Dan :

إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu” (QS. An Nisaa:48).

Bahkan para Rasul berdakwah mengajak kaumnya untuk tidak menyembah selain Allah Ta’ala dan menyatakan::

يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَالَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ

“Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Ilah bagimu selain-Nya” (QS. Al A’raf:59). Kemudian kaum ‘Ad membantah ajakan Nabi mereka dengan menyatakan:

قَالُوا أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللهَ وَحْدَهُ وَنَذَرَ مَاكَانَ يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ إِن كُنتَ مِنَ الصَّادِقِينَ

Mereka berkata:”Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami maka datanglah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar”. (QS. Al A’raf:70)

Demikian juga kaum Nabi Nuh ‘Alaihissalam ketika didakwahi untuk tidak menyembah orang sholih yang diyakini dapat memberi syafaat dan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala menyatakan:

وَقَالُوا لاَ تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلاَتَذَرُنَّ وَدًّا وَلاَسُوَاعًا وَلاَيَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

“Dan mereka berkata:”Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”, (QS. Nuh:23)

Ternyata dakwahnya para Rasul adalah mengajak manusia menyembah Allah Ta’ala dan menjauhi syirik dalam peribadatan, bukan syirik hakimiyah –seperti yang mereka inginkan-. Bahkan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menegaskan dalam pernyataan beliau :

يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

“Wahai bani Adam sesungguhnya jika kamu menjumpaiKu dengan membawa sepenuh bumi kesalahan kemudian menjumpaiKu dalam keadaan tidak menyekutukan Ku, sungguh Aku akan memberimu sepenuh bumi pengampunan” (HR. At Tirmidzi No.3463). dan:

يَا مُعَاذُ أَتَدْرِي مَا حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا أَتَدْرِي مَا حَقُّهُمْ عَلَيْهِ قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ أَنْ لَا يُعَذِّبَهُمْ

“Wahai Mu’adz tahukah kamu apa hak Allah atas hambaNya, beliau menjawab: “Allah dan RasulNya lebih mengetahui”. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab: “MenyembahNya dan tidak menyekutukanNya. Apakah kamu tahu apa hak mereka atas Allah”. Muadz menjawab: “Allah dan RasulNya lebih mengetahui”. Beliau menjawab: “Tidak mengadzab mereka”. (Mutafaqun ‘alaihi).

Subhanallah! Seandainya memang benar perkataan dan pernyataan Sayyid Quthub ini, tentulah apa yang didakwahkan para Rasul tersebut tidak sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan umat manusia. Ini sungguh kesalahan yang sangat fatal sekali.

Pemikiran takfiir ini terus merebak pada para pemuda kaum muslimin yang bersemangat, sehingga akibatnya mereka mengorbankan diri mereka untuk membom, merusak dan membunuh dengan dalih jihad suci melawan orang kafir, bahkan lebih dari itu mereka melecehkan para ulama dan mengkafirkan mereka, karena mereka tidak mengkafirkan orang yang telah kafir. Alangkah mengerikannya akibat dari pemikiran takfiir ini!

Sudah seharusnya kaum muslimin waspada kembali terhadap pemikiran-pemikiran yang merusak ini dengan menuntut ilmu agama dari para ulama dan tidak tergesa-gesa memvonis kafir (takfiir) terhadap orang lain.


[1] Firaaqun Mu’ashaarah Tantasibu Ilal Islam karya beliau sendiri, 1/88.

[2] Lihat kisahnya dalam perdebatan Ibnu Abbas dengan mereka dalam buku “Mengapa Memilih Manhaj Salafi”

[3] Semua penukilan perkataan Sayyid Quthub diambil dari makalah Syeikh Sa’ad Al Hushein dalam Majalah Ash Ashoolah 35/VI/Sya’ban 1422 H.

[4] Fi Zhilalil Qur’an 2/1057, cetakan Dar Asyuruuq.

[5] Ibid-

[6] Ma’alim Fith Thoriiq hal.101 cetakan Darusy Syuruuq.

[7] Fi Zhilaalil Qur’an 2/1492 cet. Daarusy Syuruuq.

[8] Ibid 2/2122.

[9] Ibid 3/1492

GARAM & TELAGA

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak.
Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah.
Langkahnya gontai dan air mukanaya ruwet.
Tamu itu emang tampak seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya.
Pak tua yang bijak hanya mendengarkannya dengan seksama.
Ia lalu mengambil segenggam garam dan meminta tamunya mengambil segelas air.
Ditaburkannya garam kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan.
“Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya”,ujar Pak Tua.
“Pahit. Pahit sekali,”jawab sang tamu sambil meludah ke samping.
Pak Tua sedikit tersenyum.
Lalu ia mengajak tamunya untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya.
Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang.
Pak Tua lalu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk hingga membuat riak air yang mengusik ketenangan telaga.
“Coba ambil air telaga ini dan minumlah!”
Saat tamu itu selesai meneguk air telaga,
Pak Tua berkata lagi,”Bagaimana rasanya?”
“Segar,”sahut tamunya.
“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?” Tanya Pak Tua lagi.
“Tidak,”jawab si anak muda.
Pak Tua menepuk-nepuk punggung si anak muda.
Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, dan bersimpuh di samping telaga.
“Anak muda, dengarlah! Pahitnya kehidupan adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang.
Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.
Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.
Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya.
Itu semua bergantung pada HATI kita.
Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan.
LAPANGKANLAH DADAMU menerima semuanya.
LUASKANLAH HATIMU untuk menampung setiap kepahitan itu.

Pak Tua lalu kembali memberikan nasehat,
“Hatimu adalah wadah itu.
Perasaanmu adalah tempat itu.
Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya.
Jadi, jangan jadikan hatimu seperti gelas,
buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan
dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."

Keduanya lalu beranjak pulang.
Mereka sama-sama belajar hari itu.
Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang datang padanya dengan membawa keresahan jiwa.

Rabu, 05 Agustus 2009

Maafkan aku Ayah...

Sahabat Hikmah
Mungkin ini bukan KATA-KATA HIKMAH, tetapi CERITA HIKMAH
Layak sebagai renungan ...:

Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang
dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya... karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampakjelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan
kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu
rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" .... Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar.. Dia juga beristighfar. Mukanya merah
padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Saya tidak tahu..tuan." "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "DIta yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik ... kan !" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa apa
menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.


Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa... Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka2nya itu terkena air.. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu.. Si ayah sengaja membiarkan
anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah
angan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari
bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam, Bu"...jawab pembantunyaringkas. "Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhubadan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. "Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut..."Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan ibubagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa duniaberhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.


Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah.. sayang ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. "Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah
pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?... Bagaimana Dita mau bermain nanti?.... Dita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi, " katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu
mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf...

Tahun demi tahun kedua orang tua tsb menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi..., Namun...., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tsb tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya.

Hikmahnya:

Pertama, KEMARAHAN adalah karena NAFSU dan ajakan SYAITHAN,
PENYESALAN yang akan didapat kalau kita menurutinya.

Maka janganlah sekali-kali mengambil keputusan dalam keadaan MARAH .
Dan biasakan kita untuk MEMAAFKAN orang lain...

Hal ini dalam apapun, termasuk dalam hubungan suami istri, pemerintahan, poliktik dan sebagainya.

Firman Allah..Surat Ali Imran:
133. Dan bersegeralah kamu kepada AMPUNAN dari Tuhanmu dan kepada SURGA yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang BERTAKWA,
134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang MENAHAN AMARAHNYA dan MEMAAFKAN (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Yang kedua, janganlah terlalu MENCINTAI HARTA secara berlebihan,
hal ini akan MEMBUTAKAN HATIi...

"JADIKANLAH HARTA ITU DI DALAM GENGGAMAN TANGANMU, BUKAN DI DALAM HATIMU"

KISAH SEPOTONG KAIN PUTIH

Hari ini ada ribuan gulung kain, diperjual-belikan di pasar-pasar di kota ini,
Hari ini ada sedemikian banyak kain putih, yang sedang dibeli, diukur dan dipotong,
Hari ini ada sedemikian banyak kain putih yang siap digunakan sebagai kain kafan,
Hari ini ada sedemikian banyak kain kafan yang seolah bertanya untuk siapa ia akan dibeli.

Esok hari, siapa gerangan pembeli berikutnya,
Bisa jadi kain putih itu akan dibeli orang yang tidak kita kenal,
Bisa jadi kain putih itu kita sendiri yang membelinya untuk tetangga atau keluarga terdekat kita,
Bisa jadi seseorang sedang membelikannya untuk jenazah kita yang sedang menunggu dikubur,

Engkau boleh saja tertawa, tapi bisa jadi kain kafanmu ada di truk pengirim barang yang sedang diparkir di pinggir toko kain itu,
Engkau boleh saja berencana, tapi bisa jadi kain kafanmu sedang dipesan si pemilik toko,
Engkau boleh saja tidur nyenyak, tapi bisa jadi seorang penenun sedang memintal kain kafanmu.
Engkau boleh saja menikmati keindahan alam pertanian, tapi boleh jadi seorang petani sedang memanen kapas bahan kain kafanmu.

Kita tidak tahu kapan hidup kita berakhir,
Kita juga tidak tahu kain kafan mana yang akan menemani kita di kuburan,
Tapi yang jelas kain itu ada di suatu tempat,

Kain putih itu sendiri tidak pernah tahu kepada siapa ia akan digunakan,
Seandainya ia bisa berbicara, tentu ia akan meminta agar digunakan pada orang soleh yang selalu mempersiapkan diri untuk kehidupan berikutnya…